Langsung ke konten utama

Bani Abbasiyah



AWAL BERDIRINYA BANI ABBASIYAH

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3F3YN8Rj0cy7HsFpX3k2NRpABwf5oHERqlpla7965GbcxEZm89Sn0o8n1RDRWKpuAdTbyCblTdljOLZruFqCRPCjaaXliQzrV-O6fITrwV7iVT9h886zDmFZvf8OSSCwBbH6OPLFweqV7/s1600/yaman03.jpg 

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti iniadalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW.Dinasti Abbasiyah didirikan olehAbdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan diHumaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258 M(Syalaby,1997:44).Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yangpaling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antarapasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan binMuhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas.Dengan jatuhnya negeri Syiria,berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaanAbbasiyah.
Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti.Akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi.Sehinggadapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi.Menurut Crane Brinton dalam Mudzhar (1998:84), ada 4 ciri yang menjadi identitasrevolusi yaitu :
1.     Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat kritik keras darimasyarakat disebabkan kekecewaan penderitaan masyarakat yang di sebabkanketimpangan-ketimpangan dari ideologi yang berkuasa itu.
2.     Mekanisme pemerintahannya tidak efesien karena kelalaiannya menyesuaikanlembaga-lembaga sosial yang ada dengan perkembangan keadaan dan tuntutanzaman.
3.     Terjadinya penyeberangan kaum intelektual dari mendukung ideologi yang berkuasapada wawasan baru yang ditawarkan oleh para kritikus.
4.     Revolusi itu pada umumnya bukan hanya di pelopori dan digerakkan oleh orang-oranglemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan oleh para penguasa oleh karena hal-haltertentu yang merasa tidak puas dengan sistem yang ada.

Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusatkegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukantersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besarpaman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tigatempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik darikalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas.
Humaimah terletakberdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliranSyi‘ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengangolongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknyamendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuatfisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudahbingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah kaumAbbassiyah mendapatkan dukungan.Di bawah pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan dalam dua fase yaitu :
1)    fase sangat rahasia
2)    fase terang-terangan dan pertempuran
(Hasjmy, 1993:211).
Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia.Propaganda dikirim keseluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak,terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga dari golongan yang padamulanya mendukung Bani Umayyah.Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, maka seorangpemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim al-Khusarany, bergabung dalam gerakan rahasia ini. Semenjak itu dimulailah gerakan dengan caraterang-terangan, kemudian cara pertempuran. Akhirnya bulan Zulhijjah 132 H Marwan,Khalifah Bani Umayyah terakhir terbunuh di Fusthath, Mesir.Kemudian Daulah baniAbbasiyah resmi berdiri.
Sistem Pemerintahan, Politik dan Bentuk Negara
Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik.Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada padapemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimanadiaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khalifahurrasyidin.Hal ini dapatdilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya “.
Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-bedasesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yangdijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :
1)    Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernurdan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
2)    Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,ekonomi sosial dan kebudayaan.
3)    Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
4)    Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
5)    Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnyadalam pemerintah (Hasjmy, 1993:213-214).
Selanjutnya periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah mengalamipenurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian(kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik saja.Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya dan mereka telahmendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil.Contoh :
1)    Daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol.
2)    Daulah Fatimiyah.
Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan olehpara Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan darikemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu :
1)    Tindakankeras terhadap Bani Umayah.
2)    Pengutamaan orang-orang turunan persi.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantuoleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut dengan wizaraat.Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
1)    Wizaraat Tanfiz (system pemerintahan presidentil) yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atasnama Khalifah.
2)    Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan. Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja.
Pada kasus lainnyafungsi Khalifah sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya Khalifah(Lapidus,1999:180).

Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakansebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin olehseorang raisul kuttab (sekretaris negara).Dan dalam menjalankan pemerintahan negara,wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen).Tata usaha Negara bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy.Selain itu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirulumara, baitul maal, organisasi kehakiman, dan lain-lain.Selama Dinasti ini berkuasa, polapemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,ekonomi dan budaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kurikulum dan Nilai Rujukan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa. Di massa reformasi yang juga diikuti oleh pemberlakuan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 1999 serta Undang-undang nomor 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah memiliki dampak logis pada kewenangan daerah yang semakin otonom, termasuk di dalamnya menyangkut Pendidikan. Pendidikan adalah salah satu investasi yang akan menghasilkan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa. Yang memiliki mutu dan kualitas serta manfaat (benefit) individu, social atau institusional akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi, manfaat individual tidak akan diperoleh secara cepat (quick yielding), tetapi perlu waktu yang cukup lama, bahkan bisa satu generasi bidang pendidikan. Maksudnya dalam hal ini adalah sistem yang berkesinambungan dan berkelanjutan (continue). Pendidikan juga tidak bisa dilepaskan

Pengertian Kurikulum dan Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum             Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Sedangkan menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for learning , yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah. Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menyeb

Perkembangan Anak Dulu dan Kini

Development (perkembangan) adalah pola perubahan yang dimulai sejak perubahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup. Dimana perkembangan melibatkan pertumbuhan dan juga melibatkan penuaan. Perkembangan anak sangatlah menarik perhatian masyarakat tetapi menurut sejarah, minat akan ilmu perkembangan anak masih kurang.  Pandangan Sejarah Terhadap Masa Kanak-kanak             Masa kanak-kanak telah menjadi masa yang begitu unik sehingga sulit untuk kita bayangkan bahwa masa tersebut tidak selalu dianggap berbeda dengan masa dewasa. Meskipun demikian, pada abad pertengahan di Eropa hukum kriminalitas anak-anak dengan orang dewasa tidak dibedakan. Menurut Philippe Aries (1962) menyimpulkan bahwa masyarakat Eropa sebelum tahun 1600 tidak memberikan status khusus terhadap anak-anak.             Sepanjang sejarah, para ahli filosofi telah melakukan spekulasi mendalam tentang karakteristik anak-anak dan bagaimana seharusnya mereka di besarkan. Di sejarah Eropa muncul tiga pandanga